Minggu, 23 Oktober 2011

penciptaan manusia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Proses terjadinya manusia, Allah menciptakannya dari setetes air yang hina (mani), kemudian Allah mengumpulkannya di dalam rahim seorang ibu. 40 hari setelah itu Allah mencipkannya menjadi segumpal daging, setelah itu Allah memerintahkan kepada Malaikat untuk meniupkan ruh, menuliskan 4 perkara, yakni : rezeki, ajal, amal, dan baik-buruknya.
Dan Allah telah menentukan manusia tersebut di hari akhir nanti, apakah di Surga ataupun di Neraka, meskipun demikian kita tetap beramal dengan mengerjakan amal kebaikan, karena kita tidak tau apakah nantinya kita ahli surga ataupun ahli neraka.


1.2.    Rumusan Masalah
a.       Bagaimana proses terjadinya manusia?
b.      Apa saja yang diperintahkan Allah kepada Malaikat?
c.       Apa saja yang ditentukan kepada manusia ketika didalam rahim?


1.3.Tujuan
Kami berharap dengan penulisan makalah ini dapat memberi wawasan pengetahuan tentang hadits yang menjelaskan proses terjadinya manusia, agar manusia mengetahui  tentang penciptaan dirinya.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengamalan Hadits ke IV Sebagai Implementasi kependidikan Islam
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. [رواه البخاري ومسلم].

Artinya : Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga. (Riwayat Bukhari dan Muslim).







1.      Proses manusia di dalam rahim
Sabda Nabi SAW, sesungguhnya seseorang “penciptaan seseorang didalam kandungan ibunya selama 4 hari berbentuk setetes air mani, artinya dikumpulkan dan dipelihara hingga menjadi manusia, kemudian diciptakan menjadi segenggam daging, artinya segenggam daging yang kecil seukuran yang bisa dikunyah. Pada waktu itu Allah memberi rupa kepadanya dan menjadikan mulut, telinga, mata, dan lain sebagainya. Setelah sempurna dan berumur 120 hari, kemudian diutus seorang Malaikat, lalu Malaikat itu meniupkan ruh kepadanya. Ulama tauhid mengatakan ruh adalah suatau jasad yang lembut dan saling berjalinan didalam tubuh seperti mengalirnya air dengan kayu yang hijau, sebagian Ulama berpendapat ruh adalah areal (bukan zat) yang terdapat didalam tubuh, dan tubuh tidak dapat hidup tanpa adanya ruh.

1.      Empat macam ketentuan manusia
Didalam sabdanya Rasulullah menjelaskan, Allah mengutus seorang Malaikat untuk menuliskan 4 perkara, yakni :
a.       Rezeki
Yaitu sesuatu yang diperoleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik berupa makanan, pakaian atupun lainnya, baik halal maupun haram dan adakanya banyak ataupun sedikit.
b.      Ajal
Yaitu waktu yang telah ditentukan oleh Allah, bahwa seseorang akan meninggal pada waktu itu.
c.       Amalan
Yaitu segala  perbuatan yang dikerjakan oleh hamba, baik ataupun jahat.
d.      Bahagia dan celaka
Bahagia adalah segala perbuatan yang disukai oleh Allah, seperti : ketaatan seorang hamba kepada Allah.
Celaka adalah segala perbuatan yang bisa menimbulkan murka Allah, sepeti : berbuat maksiat kepada Allah.

Jadi Allah memerintahkan kepada malaikat untuk menuliskan ketetapan manusia. Adapun keterangan mengenai hal itu adalah, Allah SWT menyelesaikan 4 perkara bagi manusia yaitu : rezeki, ajal, amal dan bahagia atau celaka.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
اَنَّ النُّطْفَةَ اِذَااِسْتَقَرَّفِي الرَّحِمِ اَخَذَهَا الْمَلَكُ بِكَفِّهِ فَقَالَ : اَيْ رَبِّ ذَكَرٌاَوْاُنْثَى شَقِيٌّ اَمْ سَعِيْدٌ مَاالاَجَلُّ مَالاَثَرُ بِأيٍّ يَمُوْتُ فَيُقَالُ لَهُ أِنْطَلِقَ اِلَى اّمِّ الْكِتَابِ وَاِنَّكَ تَجِدُ قِصَّةَ النُّطْفَةِ فَيَنْطَلِقُ فَيَجِدُ قِصَّتَهَا فِى اّمِ الْكِتَابِ فَتَأْكُلُ رِزْقَهَا وَتَطَ اَثَرَهَا فَأِذَاجَاءَ اَجَلُهَا قُبِضَتْ فَدُفِنَتْ فِى الْمَكَانِ الَّذِيْ قُدِّرَهَا                                                                                                  

Artinya : “sesungguhnya jika air mani telah berada dalam rahim, malaikat mengambil air itu dengan telapak tangannya. Lalu ia bertanya, wahai Tuhanku apakah laki-laki atau perempuan? Celaka atau bahagia? Apa ajalnya dan apa jejaknya? Dimana ia akan mati? Maka Allah berkata padanya “berangkatlah kamu kepada ummul kitab, kamu akan menemukan kisah nutfah (air mani) ini. Lalu malaikat itu berangkat dan menentukan kisah nutfah tersebut dalam ummul kitab, nutfah itu kelak makan rezekinya, berjalan pada jejaknya. Apabila telah datang ajalnya, dia cabut ruhnya, lalu dikuburkan disuatu tempat yang telah ditentukan baginya.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata :
اَنَّ الْمَلَكَ يَقُوْلُ يَارَبِّ مُخَلَقَةٌ اَمْ غَيْرُ مُخَلَّقَةٍ فَأِنْ قَالَ غَيْرُ مُخَلَّقَةٍ قَدْفَهَا دَمًا وَاِنْ قَالَ مُخَلَّقَةٌ قَالَ اَىْ رَبِّ ذَكَرٌ اَمْ اُنْثَى اِلَى اَخِرِمَا تَقَدَّمَ                                                                                                                                    

Artinya : “sesungguhnya malaikat itu bertanya. Wahai Tuhanku, apakah akan dijadikan atau tidak akan dijadikan?. Maka jika Allah berkata, tidak akan dijadikan. Maka malaikat itu melemparkannya kedalam rahim maka jadilah darah. Jika Allah berkata, akan dijadikan. Maka malaikat itu bertanya apakah dijadikan laki-laki atau perempeuan?”.
Dalam hadits marfu’ diriwayatkan :
اِذَا مَاتَ الْجَسَدُ دُفِنَ حَيْثُ اُخِذَ التّرَابُ

Artinya : “apabila jasad telah mati, maka dia dikuburkan disuatu tempat yang dulunya  telah diambil tanahnya untuk membuat jasadnya itu”.
Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا قَضَى اللهُ لِعَبْدٍ اَنْ يَمُوْتَ بِأَرْضٍ جَعَلَ لَهُ اِلَيْهَا حَاجَةً اَوْ قَالَ لَهُ حَاجَةٌ

Artinya : “apabila Allah telah menetapkan bagi seorang hamba mati disuatu tempat, maka Allah menjadikan baginya suatu keperluan yang berada ditempat itu”
Seorang penyair mengatakan sebagai berikut :
اِذَا حَمّامُ الْمَرْءِ كَانَ بِبَلَدٍ ذِى * دَاعَتْهُ اِلَيْهَاحَجَةٌ فَيَطِيْرُ

Artinya :”apabila maut seseorang disuatu tempat, maka ada suatu keperluan yang mengantarkan dia untuk sampai kesana, lalu berangakatlah dia kesana”.



e.       Kebahagian dan kecelakaan manusia
1.      Kebahagaian
Yaitu suatu perbuatan yang menunjukkan seseorang menjadi ahli surga, artinya dengan mengerjakan semua perintah dan menjauhi segala larangan hingga tidak ada jarak diantara dia dan surga melainkan sejengkal saja.
2.      Kecelakaan
Yaitu suatu perbuatan yang menunjukkan keadaan seseorang menjadi ahli neraka. Hal tersebut suddah ditentukan didalam kandungan ibu ataupun dalam lauhul mahfud.

Begitulah ketetapan yang berlaku bagi manusia, barang siapa yang didahului oleh ketetapan kebahagiaan, maka Allah akan mengantarkan hambaNya untuk melakukan kebajikan. Begitu juga sebaliknya, barang siapa yang didahului ketetapan keburukan, maka Allah membalikkan hatinya untuk mengerjakan kejahatan.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa :
وَاِنَّمَا الاَعْمَلُ بِالْخَوَاتِمِ
Artinya :”sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada akhirnya”
Dalam riwayat lain disebutkan :
اِعْمَلُوْ فَكُلُّ مَيَسَّرٌ لِمَاخُلِقَ لَهُ
Artinya : “beramallah kamu, karena tiap-tiap kamu akan dimudahkan segala perkara yang telah ditetapkan untuknya”.
 orang-orang yang mendapatkan taufiq adalah orang-orang memulai amalan dengan kebajikan dan mengakhirinya pula dengan kebajikan. Begitu pula sebaliknya, orang-orang yang tidak mendapat pertolongan dari Allah, memulai amalan dengan keburukan dan mengakhirinya dengan keburukan pula.

3.      Pembagia manusia
Manusia itu terbagi kedalam 4 golongan  :
a.       Sekelompok kaum yang diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepadaNya dan  surgaNya. Mereka adalah para Nabi, para Wali, orang mukmin dan orang shalih.
b.      Sekelompok kaum yang diciptakan oleh Allah untuk surgaNya tanpa mengabdi kepadaNya. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan kufur, kemudian mati dalam keadaan beriman, ataupun orang-orang yang selalu berbuat maksiat semasa hidupnya dan mengakhiri hidupnya dalam keadaan diterima taubatnya.
c.       Sekelompok kaum yang diciptakan oleh Allah tidak untuk mengabdi kepadaNya dan kepada surgaNya. Mereka adalah orang-orang kafir yang mati dalam keadaan kufur, mereka itu mendapat siksaan di dunia dan di akhirat kelak nantinya.
d.      Sekelompok kaum yang diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepadaNya dan tidak untuk surgNya. Mereka adalah orang-orang yang melakukan amalan kebajikan diwaktu hidupnya, kemudian mereka mati dalam keadaan suul khatmah. Na’uzubillah tsumma na’uzubillah.
Barang siapa yang telah ditetapkan kebahagian kepadanya dalam ilmu Allah, maka ia akan mati dalam keadaan beriman. Dan barang siapa yang telah ditetapkan keburukan kepadanya dalam ilmu Allah, maka ia akan mengakhiri hidupnya dalam keadaan kekufuran. Na’uzubilla tsumma na’uzubilla.     


   
           













BAB III
 MUFRADAD / KATA KUNCI

حَدَّثَنَا رَسُوْلُ الّلَهِ                           : Rasulullah SAW menyampaikan suatu berita kepada kami
وَهُوَ الصَّادِقُ                                : Dan beliau adalah orang yang benar
اَلْمَصْدُوْقُ                                     : Orang yang dibenarkan
اِنَّ اَحَدَكُم                                      : Sesungguhnya salah seorang diantara kamu
يُجْمَعُ                                          : Dikumpulkan
خَلْقُهُ فِى بَطْنِ اُمِّهِ اَرْبَعِيْنَ يَوْمًانُطْفَةً      : Penciptaannya dalam kandungan ibunya sebagai setetes mani
                                                  selama empat puluh hari.                                           
ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً                                 : Kemudian menjadi segumpal darah beku
ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً                              : Kemudian menjadi sepotong daging
مِثْلُ ذَالِكَ                                      : Waktu yang telah disebutkan
يُرْسَلُ اِلَيْهِ الْمَلَكُ                             : Diutuskan kepadanya seorang malaikat
فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحُ                             : Ditiupkan kedalamnya ruh
وَيُؤْمَرُ                                        : Dan malaikat itu diperintahkan
بِأَرْبَعٍ كَلِمَاتٍ                                 : Mencatat 4 perkara
بِكَتْبٍ                                          : Ditentukan
اَجَلِهِ                                          : Kematiannya
شَقِيٌّ                                           : Celaka
سَعِيْدٌ                                          : Bahagia













BAB IV
NILAI-NILAI TARBAWI
1.    Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah bahagia dan celaka.
2.    Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk syurga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.
3.    Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4.    Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.
5.    Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hati karenanya.
6.    Kehidupan ada di Tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.
7.    Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.

















BAB V
PENUTUP

A . Kesimpulan
1.      Hadits adalah segala perkataan, perbuatan dan pengakuan yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW.
2.      Allah mengetahui segala keadaan
3.      Manusia tidak mengetahui apakah kelak ia akan menjadi ahli surga ataupun ahli neraka
4.      Segala ketentuan rezeki, ajal, amal, baik/buruk telah ditetapakan oleh Allah.
























Daftar pustaka
Syekh Hijazi, Syekh Ahmad Ibnu, Al Fasyani, Al Majalisus Saniyyah,
Penerbit Trigenda karya-Bandung, 1995
Bin Syaikh, Syaikh Ahmad., Al Fasyani., Al Majalisus Saniyyah,
Penerbit Mutiara Ilmu- Surabaya, 2009

Daftar ayat dan hadist
Asqalâni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil. Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H.


Biografi perawi
Imam bukhari
Al-Imam Al-Bukhari lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Syawal 194 H di negeri Bukhara di tengah keluarganya yang cinta ilmu sunnah Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam. Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari mengakhiri hidupnya di desa Khartanka, Samarkan pada malam Sabtu di malam hari Raya Fitri (Iedul Fitri) 1 Syawsal 256 H.
Imam muslim
Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Sebagaimana dikatakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya "Ulama'ul Amsar. Imam Muslim adalah penulis kitab syahih dan kitab ilmu hadits. Dia adalah ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal sampai kini. Imam  Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan di makamkan di kampong Nasr Abad daerah Naisabur pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar